Archive for Agustus, 2014

Kita Masih Satu

Aku pernah liat iklan di sebuah jembatan penyebrangan di jalan Kuningan. Tulisannya: Matematika + Bahasa Inggris = Sukses. Jujur, sebagai anak bangsa, warga negara Indonesia, aku miris banget ngeliat iklan ini. Kok kayaknya dengan bahasa sendiri kita jauh dari sukses, ya?

Sebenernya kemirisan aku nggak cuma gara-gara iklan ini. Ngeliat di keseharian juga udah sedih banget. Aku sering bertanya-tanya dalam hati: emangnya aku tinggal di mana, sih?

Orang tua sekarang lebih bangga kalo dipanggil “Mom & Dad” atau “Umi dan Abi” sama anak-anaknya. Sebangga itu juga mereka masukin anak-anak mereka ke sekolah-sekolah bertaraf internasional. Mereka juga bangga kalo anaknya yang masih kecil-kecil udah fasih berbahasa asing.

(lebih…)


Kami Cicit Pejuang

Indonesia

“Indonesia raya…. Merdeka… merdeka…. Tanahku negeriku yang kucinta….”

Selama menyanyi lagu Indonesia Raya, sudah beberapa kali aku lihat Kakek mengusap matanya. Suara paraunya juga jadi tambah parau.

“Kek, Kakek ngantuk?” tanyaku, mencoba mencairkan suasana hati Kakek. “Udah jam delapan, apa kita pulang aja?”

“Nggak usah. Mana bisa Kakek ngantuk di perayaan sebesar ini?”

“Terus?”

(lebih…)


Dewi Persib Goes to School

Enyaknya Yovie sedang masak waktu aku dan teman-teman masuk rumahnya. Siang ini, aku tidak langsung pulang. Desas-desus di sekolahan membuat kami ke rumah Yovie dulu, rapat konsolidasi. Soalnya, Cuma di rumah Yovie urusan konsumsi tertangani dengan baik.

“Ape? Dewi Persib? Gak salah?” Fajar melongo. Tampangnya jadi persis ikan Lou Han: kepala botak, mata bulat, jidat jenong.

“Yang gue denger sih, gitu. Kan di kelas gue banyak yang panitia.”

“Lo tau, yang ngusulin ngundang Dewi Persib siape?” tanya Yovie.

“Pak Kepsek.”

“APE?!”

(lebih…)


Bapetbuster

 

“Lo kata siapa di sini ada bapet?” tanya Toni, dengan mata mengantuk. Dia, Ferdi, dan Olip dipaksa Andri berkeliling kampung pada tengah malam begitu. Kesadarannya belum kumpul.

“Gue tadi denger sendiri suaranya,” jawab Andri, sambil meyakinkan Toni dan Olip masih bangun.

“Gue enggak. Kenapa nyarinya nggak besok pagi aja, sih?” protes Ferdi, yang terlihat paling segar di antara tiga orang korban Andri. Dia belum tidur, karena belum jam tiga pagi.

(lebih…)